Kamis, 12 Oktober 2017

Sumber Aqidah Islam (Tauhid Ilmu Kalam)



Kelompok: 2

SUMBER AQIDAH ISLAM
Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas pada matakuliah:
TAUHID ILMU KALAM

Disusun Oleh:
                      Nama                               NPM
 Ahmad Ramadhan               1611010391
                                                 Siti Khotijah                         1611010397
                         Tria Elsa Putri                       1611010367
                         Semester/Kelas                    3/H

Dosen Pengampu matakuliah:
Siswanto, M. Pd.I
      




                                JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN  AJARAN
2017/2018


KATA PENGANTAR

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulisan makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah  "Tauhid Ilmu Kalam". Shalawat teriring salam kami haturkan  kepada baginda Nabi besar kita, Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang setia sampai akhir zaman, semoga kita semua mendapat syafa’at beliau di yaumul qiamah kelak. Aamiin ya robbal ‘alamin.
            Selanjutnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Bapak Siswanto, M.Pd.I dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulis makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami sadari  bahwa masih  banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca  demi kesempurnaan makalah ini.
والسلام عليكم ورحمة الله وبر كاته




Bandar Lampung, 12  September 2017



                              Penulis




DAFTAR  ISI

Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii

BAB I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................ 2
C.     Tujuan Masalah................................................................................ 2

BAB II.  PEMBAHASAN
A.    Sumber Aqidah Islam...................................................................... 3
1.      Beberapa Kaidah Aqidah........................................................... 4 
2.      Fungsi Aqidah............................................................................ 7

BAB III.  PENUTUP                                                                                   
A.    Kesimpulan...................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra dan dijangkau oleh akal manusia.
Pada hakikatnya pendidikan merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia yang dimulai sejak manusia lahir hingga meninggal, bahkan manusia tidak akan menjadi manusia  yang berkepribadin utama tanpa melalui pendidikan, sebab pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan setiap manusai dalam pencapaian hidup yang sesungguhnya. Begitu pula dengan pendidikan akidah  di ruang lingkup mahasiswa yang sangat mempengaruhi terhadap tingkah lakunya itu sendiri. Maka dari itu, pendidikan akidah mempunyai arti dan peran penting dalam pembentukan kepribadian mahasiswa, sebab dalam pendidikan akidah tidak hanya diarahkan kepada kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi untuk kebahagian di akhirat. Oleh sebab itu kita harus mengetahui ruang lingkup pembahasan akidah yang terdiri atas sumber akidah islam, beberapa kaidah akidah, dan fungsi akidah.

B. Rumusan Masalah                                                                            
1.    Apa  saja Sumber Aqidah Islam?
2.    Apa Kaidah Aqidah?
3.    Apa Fungsi dari Aqidah?



C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Sumber Aqidah Islam
2. Untuk mengetahui Beberapa Kaidah Aqidah
3. Untuk mengetahui Fungsi dari Aqidah




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sumber Aqidah Islam
Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an, Menurut bahasa Al-Qur’an memiliki arti bacaan. Menurut istilah Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad secar lisan, makna, dan gaya bahasa (ushlub) yang termaktub dalam mushaf yang dinukil darinya secara mutawatir.[1] dan Sunnah, As-Sunnah menurut bahasa Arab, adalah ath-thariqah, yang berarti metode, kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku. Kata tersebut berasal dari kata as-sunan yang bersinonim dengan ath-thariq (berarti "jalan"). Mengikuti sunnah berarti mengikuti cara Rasullulah bersikap, bertindak, berfikir dan memutuskan.[2] Jadi apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah dalam Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan).       
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Itu pun harus disadari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemampuan semua makhluk Allah. Akal tidak akan mampu menjangkau masail ghainiyah (masalah ghaib), bahkan akal tidak mampu menjangkau sesuatu yang tidak terkait dengan ruang dan waktu. Misalnya akal tidak akan mampu menjawab pertanyaan kekal itu sampai kapan? Atau akal tidak akan mampu menunjukkan tempat yang tidak ada di darat, di udara, di lautan dan tidak ada dimana-mana. Karena kedua hal tersebut tidak terkait dengan ruang dan waktu. Oleh sebab itu akal tidak boleh dipaksa memahami hal-hal ghaib tersebut dan menjawab pertanyaan segala sesuatu tentang hal-hal ghaib itu. Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si pembawa berita tentang hal-hal ghaib tersebut dibuktikan secara ilmiah oleh akal pikiran? Hanya itu.
Untuk lebih memahami sejauh mana fithrah dan akal berperan dalam masalah aqidah ada baiknya kita ikuti uraian Syekh Ali Thanthawi tentang hal itu dalam bukunya Ta’rif Am bin Dinil Islam, Fasal Qawaa’idul ‘Aqaid (penulis ringkaskan dalam paragraf berikut dengan sub judul: Beberapa Kaidah Aqidah).

1.      Beberapa Kaidah Aqidah
1.      Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal  saya mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
Misalnya, bila saya pertama kali melihat sepotong kayu di dalam gelas berisi air putih kelihatan bengkok, atau melihat tiang-tiang listrik bergerak dilihat dari jendela kereta api yang sedang berjalan, atau melihat fatamorgana, tentu saya akan membenarkannya. Tapi bila terbukti kemudaian hasil penglihatan indera saya itu salah, maka untuk kedua kalinya bila saya melihat hal yang sama, akal saya langsung mengatakan tidak demikian hal yang sebenarnya.

2.      Keyakinannya, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita.
Banyak hal yang memang tidak atau belum kita saksikan sendiri tapi kita menyakini adanya. Misalnya Anda belum pernah ke India, Brazil atau ke Mesir, tapi Anda meyakini negeri-negeri tersebut ada. Atau tentang fakta sejarah, tentang Daulah Abbasiyah, Umaiyah, tentang Kerajaan Majapahit, tentang Iskandar Zulkarnain dan lain-lain, Anda meyakini kenyataan sejarah itu berdasarkan berita yang Anda terima dari sumber yang dipercaya. Bahkan, kalau seseorang memperhatikan apa-apa yang diyakini adanya, ternyata yang belum disaksikannya lebih banyak dari yang sudah disaksikannya.

3.      Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena Anda tidak bisa menjangkaunya dengan indera mata.
Kemampuan alat indera memang sangat terbatas. Telinga tidak bisa mendengar suara semut dari jarak dekat sekalipun, mata tidak bisa menyaksikan semut dari jarak jauh. Di sebuah ruangan yang sepi dan sunyi Anda tidak bisa mendengar apa-apa, padahal di udara dalam ruangan itu ada bermacam-macam suara dari bermacam-macam pemancar radio. Oleh itu, seseorang tidak bisa memungkiri wujudnya sesuatu hanya karena inderanya tidak bisa menyaksikannya.

4.      Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya.
Khayal manusia terbatas. Anda tidak akan bisa mengkhayalkan sesuatu yang baru sama sekali. Waktu Anda mengkhayalkan kecantikan seseorang secara fiktif, Anda akan menggabung-gabungkan unsur-unsur kecantikan dari banyak orang yang sudah pernah Anda saksikan. Begitu juga seseorang arsistek, tatkala merancang sebuah gedung yang paling indah, hanya mengabung-gabungkan unsur keindahan yang pernah dia lihat dari beberapa gedung lainnya. Khayal memang sangat terbatas. Terkait dengan hukum-hukum tertentu. Anda tidak akan bisa mengkhayalkan suara nadanya harum, atau parfum yang baunya merangsang, karena suara, bau, dan warna terkait dengan hukum masing-masing.

5.      Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terkait dengan ruang dan waktu
Tatkala mata mengatakan bahwa tiang-tiang listrik bejalan waktu kita menyaksikannya lewat jendela kereta api akal dengan cepat mengoreksinya. Tapi adakah akal bisa memahami dan menjangkau segala sesuatu? Tidak. Karena kemampuan akal pun terbatas. Akal tidak bisa menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. Bisakah Anda menunjukkan tempat sebuah negeri kalau negeri yang itu tidak di ada daratan, di lautan, di udara dan tidak ada dimana-mana. Bisakah akal Anda menjelasakan kapan terjadinya peristiwa, kalau peristiwa itu tidak terjadi dulu, sekarang dan tidak juga pada masa yang akan datang?.


6.      Iman adalah fithrah setiap manusia
Setiap manusia memiliki fithrah mengimani adanya Tuhan. Pada saat seseorang termasuk yang mengaku tidak bertuhan kehilangan hartapan ingin hidup, padahal dia masih ingin hidup, fithrahnya akan menuntun dia untuk meminta kepada Tuhan. Bila Anda masuk hutan dan terperosok ke dalam lubang, pada saat Anda kehilangan harapan untuk bisa keluar dari lubag itu, Anda tidak pernah menyebut  Tuhan. Tapi fihrah itu hanya potensi dasar, yang diperlukan dikembangkan dan dipelihara, karena fithrah bisa tertutup oleh beberapa macam-macam hal.

7.      Kepuasan material di dunia sangat terbatas
Manusia tidak akan puas dengan material. Seseorang yang belum punya sepeda ingin punya sepeda. Setelah punya sepeda, ingin punya motor dan seterusnya sampai mobil, pesawat dan lain-lain. Bila keinginannya tercapai dan berubah menjadi sesuatu yang “biasa”  maka dia tidak lagi merasakan kepuasan. Dia akan selalu ingin lebih dari apa yang didapatnya secara material. Oleh sebab itu, manusia memerlukan alam lain sesudah dunia ini untuk mendapatkan kepuasan yang hakiki.

8.      Keyakinan tentang Hari Akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah
Jika Anda beriman dangan Allah, tentu Anda beriman dengan sifat-sifat Allah, termasuk sifat “adil”. Kalau tidak ada kehidupan lain di akhirat, bisakah keadilan Allah itu terlaksana? Bukankah tidak semua penjahat menanggung akibat  semua kejahatannya tersebut? Bukankah tidak semua orang yang berbuat baik meraskan hasil kebaikannya itu? Bila Anda menonton film, bila ceritanya belum selesai sudah dituliskan di layar “Tamat”, bagaimana komentar Anda? Oleh sebab itu, iman Anda dengan Allah menyebabkan Anda beriman dengan adanya alam lain sesudah alam dunia ini yaitu Hari Akhir.

2.       Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan ambruk. Tidak ada bangunan tanpa pondasi.
Kalau ajaran Islam kita bagi dalam sitematika Aqidah, Ibadah, Akhlak, dan Mu’amalat, Atau Aqidah, Syari’ah dan Akhlak atau Iman, Islam dan Ihsan, maka ketiga aspek atau keempat  aspek diatas tidak dapat dipisahakan sama sekali. Satu sama lain saling terkait.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak dilandasi dengan aqidah, seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar. Begitu seterusnya bolak-balik dan berseling.
Seseorang bisa saja merakayasa untuk terhindar dari kewajiban formal, misalnya zakat, tapi dia tidak akan menghindar dari aqidah. Atau seseorang bisa berpura-pura melaksanakan ajaran formal Islam, tapi Allah tidak akan memberi nilai kalau tidak dilandasi dengan aqidah yang benar (iman).
Itulah sebabnya kenapa Rasulullah SAW selama 13 tahun periode Mekkah memusatkan dakwahnya untuk membangun aqidah yang benar dan kokoh. Sehingga bagunan Islam dengan bisa berdiri di periode Madinah dan bangunan itu akan bertahan terus sampai akhir kiamat.[3]


BAB III
KESIMPULAN

Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah dalam Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan). Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Beberapa Kaidah Aqidah antara lain:  Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal  saya mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu, Keyakinannya, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita, Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena Anda tidak bisa menjangkaunya dengan indera mata, Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya, Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terkait dengan ruang dan waktu, Iman adalah fithrah setiap manusia, Kepuasan material di dunia sangat terbatas, dan  Keyakinan tentang Hari Akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah. Fungsi Aqidah adalah sebagai dasar pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan ambruk. Tidak ada bangunan tanpa pondasi.


DAFTAR PUSTAKA

Amudidin dkk. 2006. Pendidikan Agama Islam.  Jakarta: Graha Ilmu.
Ilyas Yunahar. 2013. Kuliah Aqidah Islam, .Yogyakarta: LPPI.
 









[1]Amudidin dkk., Pendidikan Agama Islam,  (Jakarta: Graha Ilmu, 2006),  h. 39.
[2] Ibid, h. 96.
                [3] Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2013), h. 6-10.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar